Tim Terburuk Di Liga Inggris
Moises Caicedo & Romeo Lavia – Chelsea
Pasti kalian nungguin pemain Chelsea ya? Tenang… Bakal kurang afdol jika tidak memasukan nama pemain Chelsea dalam daftar kali ini. Dari beberapa nama yang kurang perform, Starting Eleven memilih dua. Pemain tersebut di antaranya Moises Caicedo dari Brighton dan Romeo Lavia dari Southampton.
Sama-sama berposisi sebagai gelandang bertahan, Caicedo lebih sering diturunkan oleh Mauricio Pochettino. Namun dirinya jauh dari harapan. Tak ada yang spesial dari Caicedo selain bandrol harganya yang teramat tinggi. Pemain bernomor punggung 25 itu ditebus dengan mahar 116 juta euro dari Brighton.
Beroperasi sebagai gelandang bertahan, tapi dirinya tak piawai menjaga pertahanan Chelsea agar tak kebobolan. Lantas, bagaimana dengan Lavia? Apakah lebih baik dari Caicedo? Sama sekali tidak. Doi justru keseringan Cedera. Selama satu musim, Lavia hanya tampil sekali dan menderita tiga cedera dengan keluhan yang berbeda-beda. Hmmm, lebih banyak cederanya ya ketimbang mainnya.
Mason Mount – Manchester United
Datang ke Old Trafford dengan bandrol lebih dari Rp1,2 triliun, Mason Mount layak menjadi pemain pertama yang menyandang status transfer terburuk dalam daftar kali ini. Bergabung dari Chelsea dengan harga yang tak murah, banyak pihak yang berekspektasi tinggi padanya. Apalagi kita semua tahu bahwa Mount salah satu tulang punggung lini serang The Blues saat memenangkan Liga Champions musim 2020/21.
United bahkan dengan yakin mewariskan nomor punggung tujuh kepada Mount. Fans pun terpecah menjadi dua. Ada yang bangga. Namun, tak sedikit yang pesimis mengingat nomor tersebut begitu keramat. Banyak pemain besar yang tak bisa memikul beban berat yang tersemat di jersey bernomor tujuh.
Dan ya, perasaan cemas pun terbukti benar. Performa Mount anjlok bersama United. Pemain yang dikenal jarang cedera, tiba-tiba jadi sering cedera. Itu membuat Mount hanya mencatatkan 14 pertandingan di Liga Inggris musim 2023/24.
Selain cedera, pergantian posisi jadi salah satu faktor. Sewaktu di Chelsea, ia bermain sebagai gelandang serang. Posisinya tepat di belakang striker. Namun, karena MU masih punya Bruno Fernandes, Mount dimainkan lebih ke dalam. Hal itu membuat Mount kesulitan untuk menyesuaikan diri.
Matheus Nunes – Manchester City
Manchester City boleh kembali menjadi tim terbaik musim ini. Namun, soal strategi transfer, The Sky Blue masih jauh dari kata sempurna. Ada beberapa pemain yang didatangkan City musim 2023/24. Beberapa menunjukan performa apik. Namun, ada satu yang perkembangannya jauh lebih lambat dari yang lain. Dia adalah Matheus Nunes.
Mantan penjual roti itu bergabung dengan City dari Wolves. City sampai merogoh kocek sedalam 62 juta euro untuk mengamankan tanda tangan Nunes. Klub berani membayar mahal karena kepada Goal, Pep Guardiola pernah berkata bahwa Nunes adalah salah satu pemain terbaik di dunia saat ini.
Namun, perkiraan sang maestro taktik tampaknya meleset. Sejauh ini, Nunes belum memenuhi standar yang diinginkan Pep Guardiola. Nunes seringkali merusak aliran bola yang sudah disusun rapi. Maka dari itu, ia hanya mencatatkan 654 menit bermain di Liga Inggris. Sebagian besar dimulai dari bangku cadangan. Sekalinya starter, paling cuma di laga melawan tim papan bawah. Nunes belum mendapat kepercayaan penuh dari Pep.
Di era sekarang, banyak pemain muda yang digadang-gadang bakal menjadi penerus Lionel Messi suatu saat nanti. Dan Ansu Fati adalah salah satunya. Ia bahkan memiliki jalan karir yang hampir mirip dengan Messi. Keduanya sama-sama memulai dari akademi Barcelona. Fati bahkan naik ke level senior saat masih berusia 16 tahun.
Sebetulnya, penurunan performa dari Fati sudah terlihat sejak dirinya masih di Barcelona. Serangkaian cedera kabarnya jadi salah satu penyebab. Maka dari itu, Fati pun dipinjamkan ke Brighton musim ini. Meski hanya sebagai pemain pinjaman, Fati layak masuk sebagai salah satu transfer paling mengecewakan kali ini.
Selama satu musim penuh, pemain berkebangsaan Spanyol itu selalu diganggu oleh masalah kebugaran. Roberto De Zerbi bahkan sempat menyebut bahwa kondisi fisik Fati tak pernah mencapai 100% fit. Pasti ada saja gangguan entah di betis atau jaringan ototnya. Hal itu pula yang membuat Fati tak pernah mencatatkan 90 menit penuh bersama The Seagulls.
Sandro Tonali – Newcastle United
Masih dari sektor tengah, transfer terburuk lainnya adalah Sandro Tonali. Pemain yang digadang-gadang bakal jadi The Next Andrea Pirlo itu malah gagal total di Newcastle United. Klub yang bermarkas di St James Park itu menebus Tonali dari AC Milan dengan harga 64 juta euro, atau setara dengan Rp1,12 triliun. Namun, dirinya hanya mencatatkan delapan pertandingan saja di Liga Inggris.
Bukan karena cedera, mainnya cukup oke bahkan untuk ukuran pemain debutan di Liga Inggris. Tonali jarang bermain untuk The Magpies karena kelakuannya sendiri. Pemain berpaspor Italia itu terseret kasus perjudian online. Hukumannya bukan main-main, Tonali mendapat hukuman larangan bermain selama sepuluh bulan.
Pasca menerima sanksi ini, karir Tonali berubah 180 derajat. Gol debutnya di laga kontra Aston Villa seperti tak berarti apa pun karena Newcastle rugi besar dengan adanya kasus ini. Kombinasi lini tengah yang diidam-idamkan Eddie Howe pun hancur sudah. Yang terbaru, Tonali berpotensi mendapat hukuman tambahan dari FA karena ketahuan masih main judi ketika sudah berseragam Newcastle United.
Nicolo Zaniolo – Aston Villa
Berstatus pinjaman sama seperti Ansu Fati, Nicolo Zaniolo juga menjalani musim yang tak spesial bersama Aston Villa. Skuad racikan Unai Emery memang mencetak sejarah dengan kembali mentas di Liga Champions musim depan. Tapi, Zaniolo yang bergabung dari Galatasaray seperti hilang dari radar.
Dirinya tak memberikan kontribusi berarti dalam pencapaian tersebut. Satu-satunya kesalahan yang dilakukan Villa adalah mendatangkan Zaniolo. Padahal, mantan pemain AS Roma itu adalah salah satu talenta paling menjanjikan saat masih berkarir di Italia. Namun, ketika bermain di Inggris dirinya seperti kehilangan kemampuannya.
Tempo permainan Liga Inggris yang lebih cepat dirasa terlalu berat bagi pemain berusia 24 tahun itu. Ketika dimainkan pun, Zaniolo terlihat lemah dan jarang terlibat dalam permainan. Hal itu membuat Emery hilang kesabaran. Kabarnya, Villa enggan mengaktifkan klausul pembelian dan memilih untuk mengembalikannya ke Galatasaray.
8. Watford musim 1999/00Pada musim 1999/00, Watford mendapat predikat tim terburuk. Itu setelah mereka kalah 26 kali dalam satu musim.Ketika itu, Watford hanya mengemas 24 poin pada akhir musim. Konsekuensinya, tim berjuluk The Hornets pun terdegradasi ke Divisi Championship.Beruntung, pada musim ini, Watford mengubah status mereka dari tim semenjana menjadi tim papan tengah. Berkat suntikan dana dari pengusaha Italia, Gino Pozzo, Watford bercokol di peringkat 13 klasemen sementara.7. Swindown Town musim 1993/94Musim 1993/94 menjadi satu-satunya kesempatan Swindown Town tampil di Liga Inggris hingga saat ini. Sayangnya, kesempatan itu tak dipergunakan dengan baik.Kepergian pemain yang merangkap manajer, Glenn Hoddle ke Chelsea menjadi awal keterpurukan itu. Maklum, Hoddle adalah figur kunci keberhasilan Swindown promosi ke Liga Inggris.Sepanjang musim, Swindown hanya mengemas lima kemenangan dan meraup total 30 poin. Catatan kebobolan mereka sungguh luar biasa yakni 100 gol!
Torehan 15 poin sunderland ternyata bukanlah yang terburuk di liga inggris. Ya, predikat tim terburuk di liga inggris, jatuh pada derby county di musim 2007/08. Saat ini, premier league menjadi salah satu liga yang paling populer dan sulit ditandingi. Saat ini, premier league menempati posisi teratas dalam hal. Manchester city keluar sebagai juara sekaligus.
The cherries kini memiliki sejarah yang relatif panjang di liga, dengan musim.
Sebagai salah satu kompetisi yang paling kompetitif di dunia, Liga Inggris menjadi tempat pertarungan tim sepak bola terbaik di ranah Inggris. Namun sayangnya, ada beberapa tim yang bertanding di kompetisi tersebut tanpa persiapan yang matang.
Mulai dari persoalan keuangan pelik hingga materi pemain yang tidak bisa bersaing, terdapat beberapa tim yang dicap sebagai “tim terburuk” yang pernah berlaga di Liga Inggris jika dilihat dari jumlah poin yang mereka kumpulkan dalam semusim. Mau tahu beberapa tim terburuk dengan jumlah poin terendah di Liga Inggris? Yuk, simak artikel KINCIR berikut ini!
tim terburuk yang pernah main di Liga Inggris
Tim terburuk yang pernah menginjakkan kaki di Liga Inggris adalah Derby County pada musim 2007/08. Sepanjang musim tersebut, the rams hanya mampu mengumpulkan 11 poin saja. Torehan tersebut menjadi yang terburuk sejak liga ini digelar dan masih bertahan hingga saat ini.
Mereka hanya mampu meraih satu kemenangan dan 8 hasil imbang sepanjang musim. Satu-satunya kemenangan yang diraih oleh tim ini mereka dapat pada laga menghadapi Newcastle United. Selain itu mereka juga mencatatkan rekor 32 laga tanpa kemenangan yang menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah Liga Inggris.
Sebelum Derby County mencatatkan rekor memalukan mereka, hal yang kurang lebih serupa dilakukan oleh Sunderland pada musim 2005/06. The black cats hanya mampu mengumpulkan 15 poin sepanjang musim sekaligus menjadi yang terburuk sepanjang keikutsertaan mereka di kompetisi tersebut.
Pergantian pelatih dari Mick McCarthy ke Kevin Ball pada Februari 2006 tidak membawa perubahan yang berarti. Secara keseluruhan, mereka menang 3 kali dan meraih 6 hasil imbang. Sisanya tim ini harus tumbang saat menghadapi lawan-lawannya.
Rekor buruk yang dicatatkan oleh Sheffield United ini tentunya masih membekas di ingatan. Soalnya the blades baru saja melewati musim yang buruk pada 2023/24 alias satu musim yang lalu. Perjalanan Sheffield United di Liga Inggris 2023/24 berakhir memalukan usai hanya mengumpulkan 16 poin dari 38 pertandingan.
The blades hanya mampu mengumpulkan 3 kemenangan dan 7 kekalahan sepanjang musim. Selain itu tim ini juga mencatatkan rekor kebobolan terbanyak, usai kebobolan 104 kali dan memiliki selisih gol sebanyak -69 gol. Mereka juga sempat dibantai oleh beberapa tim, misalnya saat kalah 0-6 dari Arsenal dan 0-8 dari Newcastle United.
Perjalanan Huddersfield Town di Liga Inggris memang tidak berlangsung lama. The terriers promosi pada musim 2017/18 namun langsung promosi pada musim setelahnya di 2018/19. Ketika degradasi ke EFL Championship, Huddersfield Town juga mencatatkan rekor yang buruk.
Aaron Mooy dan kawan-kawan hanya mampu mengumpulkan 16 poin dari 38 pertandingan. Pergantian pelatih dari David Wagner ke Jan Siewart tidak mampu mengangkat performa the terriers dan tim ini menyamai rekor Derby County sebagai tim yang terdegradasi tercepat dari kompetisi ini.
Musim 2015/16 menjadi salah satu periode yang ingin dilupakan oleh penggemar the villans. Soalnya mereka terdegradasi ke EFL Championship dan kehilangan status sebagai tim yang tidak pernah terdegradasi dari Liga Inggris.
Beberapa pergantian pelatih yang dilakukan oleh manajemen tim ini juga tidak berhasil mengangkat performa Aston Villa. Meskipun diperkuat oleh Jack Grealish yang saat itu berstatus sebagai pemain muda, Aston Villa terdegradasi usai menempati posisi buncit dengan torehan 17 poin.
Jangan lupa buat terus mengunjungi KINCIR untuk mendapatkan informasi terbaru seputar olahraga, rekomendasi game dan esports ya!
Fans Chelsea di dunia maya merasa malu dan marah melihat statistik tersebut. Apalagi mengingat bagaimana klub sudah mengeluarkan dana luar biasa besar.
"Semua orang berbicara tentang tim Chelsea yang bertabur bintang berharga miliaran pound. Berarti tiap satu poin yang dihasilkan berharga 25 juta pound," tulis seorang suporter Chelsea.
"Kita adalah tim terburuk di Premier League, luar biasa, dari juara Liga Champions, sekarang seperti ini. Sungguh memalukan," sambung fans Chelsea lainnya.
TRIBUNJATIMTIMUR.COM - Chelsea bak menjadi bukti nyata bahwa sumber dana melimpah bukan jaminan akan membuat tim menjadi tangguh.
Pasalnya, Chelsea kini menjadi tim terburuk di Liga Inggris di tahun 2023 ini.
The Blues tampak belum sepenuhnya bangkit meski musim hingga pelatih turut berganti.
Terbaru, tim asal London barat itu mengalami kekalahan atas Wolverhampton dengan skor 2-1 pada Minggu (25/12/2023) malam.
Baca juga: Liga Arab Saudi 2023 Al Ittihad Vs Al Nassr: Prediksi, Head to Head dan Link Live Stream Vision+
Hasil yang menjadikan klub asuhan Mauricio Pochettino itu menjadi tim terburuk 2023.
Gol dari Mario Lemina dan Matt Doherty membuat Wolves unggul 2-0 sebelum kemudian Christopher Nkunku membuat gol pelipur lara di penghujung laga sehingga menjadikan skor 2-1.
Kekalahan di malam Natal itu menandai beragam rekor buruk yang didapatkan Chelsea.
Itu adalah kekalahan ke-19 yang dialami Chelsea sepanjang tahun 2023 ini.
Melansir Tribunnews.com dari Squawka, tidak ada tim di Liga Inggris di tahun 2023 ini yang menelan kekalahan lebih banyak selain Chelsea.
Delapan dari 19 kekalahan itu apesnya terjadi pada musim ini di bawah kendali Pochettino.
Menariknya, kekalahan yang diderita Chelsea musim ini justru hadir saat melawan bukan tim raksasa.
Mulai dari Nottingham Forest, West Ham, Brentford, Everton dan teranyar melawan Wolves.
Lebih parah lagi, Chelsea mendapatkan catatan super buruk itu dengan bermodal uang yang cukup fantastis.
Gelontoran uang 1 miliar Poundsterling (Rp 19 triliun) telah dikeluarkan manajeman Chelsea untuk meraih predikat tim yang sering kalah.
Liga 1 merupakan kompetisi sepak bola resmi yang ada di Indonesia. Liga 1 sendiri baru dimulai pada tahun 2017. Saat itu Liga 1 menjadi kompetisi baru pasca lepasnya Indonesia dari hukuman FIFA di tahun 2016.
Sebelum Liga 1, pada 2016 lalu, sepak bola Indonesia memiliki kompetisi yang diberi nama Indonesian Soccer Championship (ISC), sebelum akhirnya pada 2017 Liga 1 muncul.
Liga 1 menjadi kompetisi yang unik di Indonesia karena catatan-catatan apik yang diraih tim dan pemain. Bahkan, rekor gol satu pemain di kompetisi resmi di Indonesia berhasil terpecahkan pada Liga 1 2017, setelah bertahan selama 23 tahun lamanya.
Saat itu pemain Bali United, Sylvano Comvalius mencetak 37 gol dari 34 laga yang dimainkan. Sebelumnya rekor gol terbanyak di satu musim liga dipegang oleh Peri Sandria dengan 34 gol pada musim 1994/1995.
Belum lagi rekor pelatih yang juara tiga musim berturut-turut di dua tim berbeda. Rekor tersebut dipegang oleh Stefano Cugurra, pelatih Bali United yang juga membawa Persija Jakarta juara pada musim 2018 lalu.
Bali United juga menjadi tim pertama yang berhasil juara dua tahun secara berturut-turut selama Liga 1 digelar. Tim berjulukan Serdadu Tridatu itu sukses menjuarai Liga 1 di musim 2019 dan 2021/2022.
Selain catatan apik, nyatanya ada juga catatan yang kurang baik yang diraih oleh tim yang bermain di Liga 1. Catatan kurang baik tersebut adalah soal minimnya poin yang didapat selama satu musim bermain.
Hingga saat ini, setidaknya ada tiga tim yang finish terburuk selama gelaran Liga 1 dan gagal menyentuh 30 poin dalam satu musim.
BERIKUT 3 TIM YANG FINISH TERBURUK SELAMA LIGA 1 BERLANGSUNG:
Di urutan pertama ada Gresik United yang finish terburuk selama Liga 1 berlangsung. Saat itu Gresik United bermain di Liga 1 2017.
Dari 34 pertandingan yang dijalani, Gresik United hanya mengoleksi 10 poin saja. Poin tersebut didapat usai mereka memenangkan dua pertandingan saja, serta empat kali imbang dan 28 kali kalah.
Pada saat itu, Gresik United diperkuat oleh tiga pemain asing, Yusuke Kato (Jepang), Saša Zečević (Slovenia) dan Patrick da Silva (Brasil). Selain itu mereka juga punya nama-nama beken yang saat ini banyak dikenal seperti, Agus Indra, Satria Tama, Herwin Tri Saputra, Kushedya Hari Yudho, serta Fitrul Dwi Rustapa.
Namun para pemain tersebut gagal mengangkat Gresik United sampai akhirnya harus terdegradasi pada musim tersebut.
Catatan Gresik United di musim tersebut masih bertahan hingga saat ini. Belum ada tim yang mendapatkan poin lebih rendah dari Gresik United. Maka tak salah jika mereka berada di peringkat pertama sampai saat ini.
2. Persiraja Banda Aceh
Pada musim 2020, Persiraja Banda Aceh membuat para pecinta sepak bola di Indonesia terkagum-kagum. Tim yang pada saat itu baru promosi ke kasta tertinggi tersebut tidak terkalahkan di tiga laga pertama.
Lebih luar biasa lagi, Persiraja Banda Aceh tidak kebobolan sama sekali di tiga laga awal. Sayang, catatan tersebut menjadi tak berarti usai kompetisi dihentikan akibat COVID-19.
Kompetisi sendiri baru dilanjutkan di tahun berikutnya, tepatnya pada bulan Agustus 2021 atau hampir setahun sejak kompetisi dihentikan.
Persiraja Banda Aceh yang banyak diisi oleh pemain sejak di Liga 2, nyatanya harus ‘dikuliti’ oleh beberapa tim saat akan berlaga di Liga 1 2021/2022.
Eksodus pemain terjadi di Persiraja Banda Aceh sehingga kekuatan mereka harus menurun sampai akhirnya terdegradasi di musim itu. Di musim tersebut Persiraja Banda Aceh hanya mengoleksi 13 poin saja.
Jumlah poin Persiraja Banda Aceh didapat usai anak asuh dari Hendri Susilo itu hanya menang dua pertandingan, tujuh kali imbang serta 25 kali kalah.
Di posisi ketiga sudah pasti akan ditempati oleh tim milik Raffi Ahmad, Rans Nusantara. Kepastian tersebut didapat setelah Rans Nusantara hanya mengoleksi 18 poin dari 31 pertandingan di Liga 1 2022/2023.
Sebetulnya untuk kompetisi Liga 1 2022/2023 sendiri belum usai, namun dengan poin yang ada, Rans Nusantara hanya akan mengoleksi poin maksimal, 27 poin dari 34 laga yang dijalani. Bahkan bisa saja kurang dari itu jika mereka gagal memenangkan satu pertandingan saja di sisa pertandingannya.
Dari 31 pertandingan yang dijalani, Rans Nusantara hanya memenangkan tiga pertandingan saja serta sembilan kali imbang dan 19 kali kalah.
Dengan komposisi pemain yang ada, sebetulnya sedikit membingungkan mengapa Rans Nusantara berada di posisi tersebut. Seper diketahui, mereka mempunyai pemain seperti Makan Konate yang pernah juara ISL bersama Persib Bandung, Wawan Hendrawan yang pernah juara Liga 1 bersama Bali United secara dua musim berturut-turut, Edo Febriansyah yang merupakan pemain timnas Indonesia dan masih banyak lagi.
Poin mereka masih jauh dari Kalteng Putra yang bisa saja menempati peringkat ketiga jika bisa melampaui catatan dari tim berjulukan Laskar Isen Mulang itu.
Pada musim 2019, Kalteng Putra hanya mengoleksi 31 poin saja dari 34 laga yang dijalani. Dengan begitu maka tidak salah jika akhirnya Rans Nusantara yang menempati peringkat ketiga karena mereka hanya akan mengumpulkan 27 poin, itu pun jika sukses menang di semua laga sisa di Liga 1 2022/2023.
Kehadiran direktur teknik dalam sebuah manajemen sepakbola bertujuan untuk meminimalisir sebuah klub salah dalam mendatangkan pemain. Tapi, namanya juga manusia. Sepandai-pandainya berencana, pasti akan luput juga. Membeli pemain baru tetap sebuah perjudian bagi sebagian klub, tak terkecuali klub-klub di Inggris.
Ada yang langsung moncer, tapi banyak juga yang justru gagal total. Declan Rice dan Cole Palmer boleh jadi contoh pembelian sukses di musim 2023/24. Namun, selain itu banyak juga klub yang merugi secara material dan non material karena mendapat pemain yang tak menunjukan performa terbaik. Dan berikut adalah daftar transfer terburuk Liga Inggris musim 2023/24.
Sebelum kita ulas satu per satu, kalian bisa subscribe dan nyalakan lonceng terlebih dahulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven.
Jurrien Timber – Arsenal
Terakhir ada Jurrien Timber yang pindah dari Ajax ke Arsenal dengan bandrol 40 juta euro. Nama ini sebetulnya masih bisa diperdebatkan. Karena kita belum melihat permainannya dengan jelas. Itu karena sepanjang musim Timber harus absen lantaran cedera. Ia menghabiskan hari-hari yang membosankan di ruang perawatan setelah mengalami cedera ACL di laga pembuka melawan Nottingham Forest.
Jurrien Timber baru bisa bermain di pekan terakhir, kala Arsenal menang 2-1 atas Everton. Itu pun sebagai pemain pengganti. Timber layak masuk daftar ini karena dirinya mematahkan ekspektasi semua orang. Cederanya membuat ide dan konsep yang direncanakan Arteta tidak berjalan dengan maksimal. Jika Timber fit sejak awal musim, bisa jadi Arsenal tak kena tikung City lagi.
https://youtu.be/E92fcjDoGSg
Sumber: GMS, Goal, Man Utd, Football London