Dj Kronologi Kamang
Perseus membunuh Medusa
Perseus adalah anak dari Dewa Zeus dan seorang perempuan bernama Danae.
Dalam membunuh Medusa, Perseus tidak hanya bergantung pada kekuatannya, melainkan ia menggunakan kecerdikannya untuk mencapai tujuannya, termasuk dalam membunuh Medusa.
Awal mula Perseus membunuh Medusa adalah karena ia ditantang oleh Polydectes, seorang raja yang terkesima dengan kecantikan ibunya, untuk membawa kepala Medusa.
Demi melindungi sang ibu, Perseus pun menerima tantangan itu.
Kala itu, Medusa tinggal di rumah tersembunyi dijaga oleh dua Gordon saudaranya yang abadi, yaitu Stheno dan Euryale.
Baca juga: Kenapa Athena Mengutuk Medusa?
Dalam menjalankan misinya, Perseus dibantu oleh banyak dewa, sampai akhirnya berhasil menemukan tempat persembunyian Medusa.
Bentuk bantuan yang diberikan para dewa kepada Perseus beraneka macam.
Hades memberikan Perseus sebuah topi yang dapat membuatnya tidak terlihat, Hermes memberikannya sandal sayap, Athena memberikannya perisai, dan Zeus membekalinya sebuah pedang.
Dengan berbekal senjata dari para dewa, Perseus segera mendatangi tempat tinggal Medusa.
Sesampainya di sana, ia mendapati Medusa sedang tertidur dan mencoba agar tidak membangunkannya.
Kronologi Pablo Escobar meninggal (Foto: Encyclopedia of Humanities)
BOGOTA - Tepat pada tanggal 2 Desember 1993, Raja Kokain Pablo Escobar mati terbunuh 30 tahun lamanya. Sebuah klise lama ‘Hidup dengan senjata, mati dengan senjata’ terdengar sesuai dengan apa yang dialami Escobar diakhir hayatnya.
Pablo Emilio Escobar Gaviria, seorang raja kokain dengan kerajaan yang dipimpinnya bernama Kartel Mendellin, telah lama menjadi incaran pemerintah Kolombia. Aksinya yang menimbulkan korban jiwa dan teror membuat dirinya masuk dalam list orang yang paling dicari se-Kolumbia.
Pablo Escobar memang memiliki harta yang banyak dengan kartel yang menguasai 80% perdagangan kokain disertai dengan para anggotanya yang setia. Namun melansir The Mob Museum, satu masalah yang menjadi musuh utamanya ialah perjanjian ekstradisi antara Kolombia dan Amerika Serikat pada tahun 1979.
Melihat besarnya ancaman Undang-Undang Ekstradisi ini, Pablo Escobar berupaya untuk mendapatkan kursi di parlemen Kolombia. Hal ini dilakukan Escobar demi mendapatkan kekebalan diplomatik sekaligus memperluas kekuasaan. Mulai dari titik inilah Pablo Escobar mengalami kejatuhan. Kampanyenya membuahkan hasil, dia terpilih sebagai pengganti Jairo Ortega, Senat untuk Alternative Liberal (gerakan Alternatif Liberal), pada bulan November 1982. Namun jejak kriminalnya di masa lalu menjadi ancaman dalam mempertahankan posisinya sebagai anggota parlemen.
Berawal pada tahun 1983 ketika Menteri Kehakiman Rodrigo Lara Bonilla mulai melakukan penyelidikan atas kekayaan Escobar. Melansir Encyclopedia of Humanities, hasil penyelidikan Lara membuktikan adanya uang kotor dalam sepak bola dan politik Kolombia serta dibukanya kembali kasus hukum lama Escobar.
Bukti-bukti ini menuntun Lara kepada pengungkapan laboratorium produksi kokain milik Escobar yang berada di hutan serta penyitaan atas pesawat dan properti yang digunakan dalam perdagangan narkoba. Dari sini, posisi Escobar sebagai anggota parlemen mulai dipertanyakan dan asal muasal uang yang membiayai kampanyenya pun terungkap.
Tidak lama setelah itu, surat kabar El Espectador langsung menyebarkan berita panas ini. Alhasil situasi Escobar semakin tercekik diantara bukti-bukti yang telah tersebar luas. Pastinya Escobar tidak tinggal diam dan melakukan perlawanan dengan berusaha mencoreng nama baik Lara namun berujung gagal. Mau tidak mau, Escobar terpaksa keluar dari keanggotaan parlemen dan kekebalannya dicabut.
Walaupun kerja kerasnya membuahkan hasil yang cukup memuaskan, sayangnya takdir tidak berpihak kepada Lara dimana dia berakhir terbunuh oleh pembunuh bayaran Escobar pada tanggal 30 April 1984. Escobar memang menyerah, namun balas dendam merupakan semangat barunya di masa mendatang.
Singkat cerita, Escobar terus menerus melancarkan aksi pembalasan dari tahun 1984 hingga 1991 yang sangat mengguncang Kolombia. Aksinya ini termasuk pembunuhan, pengeboman, dan deklarasi perang terhadap negaranya sendiri. Beberapa aksinya yang paling tercela yaitu pengepungan Istana Kehakiman selama dua hari (98 orang tewas dan dokumen ekstradisinya dihancurkan), pengeboman penerbangan Avianca 203 (107 orang tewas), dan pengeboman gedung DAS (60 orang tewas dan lebih dari 600 orang terluka).
Pemerintahan Kolombia yang tidak menyerah dalam upayanya menangkap Escobar menerapkan program amnesti parsial pada tanggal 5 September 1990 dan berjanji tidak akan melakukan ekstradisi. Syaratnya disini ialah para gembong narkoba harus menyerahkan diri secara sukarela dan pengakuan setidaknya satu kejahatan yang dilakukan.
Perjanjian ini telah berhasil mengundang beberapa gembong narkoba, termasuk Ochoa bersaudara, antek tingkat tinggi Escobar, pada bulan Januari 1991. Escobar yang bersikap skeptikal tidak langsung menyerahkan dirinya dan justru melakukan aksi terorismenya antara Desember 1990 dan awal tahun 1991 sebagai bentuk penekanan untuk pemerintah Kolombia.
Akhirnya, pemerintah tidak punya pilihan selain menuruti keinginan Escobar. Pada bulan Juni 1991, bos Kartel Medellin menyerah kepada keadilan dan dikurung di penjara La Catedral di Envigado. Penjara ini tidak bisa disamakan dengan penjara pada umumnya karena memiliki fasilitas yang lengkap seperti hotel bintang lima. Disini Pablo Escobar juga tetap menjalankan operasi ilegalnya seperti biasa dari jarak jauh.
Pada bulan Juli 1992, Escobar mendengar kabar akan dipindahkan ke fasilitas lain oleh pemerintah yang berujung pada pelarian dirinya bersama sembilan orang lainnya ke hutan sekitar pada tanggal 22 Juli. Upaya negosiasi penyerahan diri antar Escobar dan pemerintah yang disertai syarat-syarat dari Escobar tidak digubris oleh pemerintahan Kolombia.
Kaburnya Escobar dari La Catedral tidak berakhir baik bagi dirinya dan justru semakin diperburuk dengan perlawanan dari musuhnya di Cali, pengejaran oleh Blok Pencarian elit Kolombia, serta diburu oleh Los Pepes – sebuah kelompok perlawanan terhadap Pablo Escobar dan para pendukungnya.
Minimnya sumber daya yang dimiliki Pablo Escobar yang hanya menyisakan satu anak buah yaitu Alvaro de Jesus Agudelo atau El Limón, memaksanya untuk terus bersembunyi. Pada tanggal 2 Desember 1993, satu hari setelah ulang tahunnya ke 44, Escobar bersama El Limón bersembunyi di Los Olivos, Medellin. Tidak disangka-sangka, Blok Pencarian telah menemukan lokasinya dan mulai mendekati tempat berlindung Escobar. Setelah mereka ketahuan, Limón melarikan diri melalui jendela dan Escobar melarikan diri melalui atap. Baku tembak terjadi yang berujung pada kematian kedua orang tersebut. Hari itu menandai berakhirnya Kartel Medellin dan momen tersebut direkam secara fotografis oleh Blok Pencarian.
KOMPAS.com - Pertempuran Biak merupakan peperangan antara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) dan tentara Kekaisaran Jepang yang berlangsung di Biak, Papua.
Perang yang berlangsung sejak 27 Mei hingga 20 Juni 1944 ini adalah bagian dari kampanye Niugini semasa Perang Dunia II.
Perang Biak adalah bagian dari upaya pembersihan Jenderal Douglas MacArthur atas Papua dari kekuatan Jepang.
Pertempuran ini dimenangkan oleh Sekutu, yang kemudian menggunakan Pulau Biak untuk mendukung operasi di beberapa wilayah di Pasifik.
Baca juga: L Rumkorem, Pemimpin Perlawanan terhadap Jepang di Biak
Pulau Biak terletak di utara Provinsi Papua, berdekatan dengan Sarmi, di mana Jepang telah memusatkan basis pasokan dan lapangan terbangnya.
Pada 1944, lokasinya dinilai sangat cocok untuk pembangunan lapangan terbang. Sehingga, pihak Sekutu, yang mulai bergerak ke Filipina, berencana merebut pulau ini dari Jepang.
Sekutu memperkirakan ada sekitar 2.000 tentara Jepang yang ditugaskan menjaga Pulau Biak.
Padahal, saat itu, Pulau Biak dikuasai oleh 11.400 tentara Jepang di bawah komando Kolonel Kuzume Naoyuki.
Kolonel Kuzume, yang telah mengetahui kedatangan pasukan Sekutu, memakai strategi tipuan.
Ia akan membiarkan tentara Sekutu mendarat di Biak tanpa hambatan, supaya mereka jatuh ke perangkap yang telah disiapkan.
Baca juga: Pertempuran Morotai: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir
Perangkap yang dimaksud adalah gua-gua yang terletak di sebelah barat Mokmer dan di sebelah timur Bosnek.
Jepang menjadikan gua-gua tersebut sebagai kotak-kotak pertahanan yang dipenuhi dengan penembak, senjata otomatis, artileri, baterai mortir, dan satu kompi tank.
Dalam perkembangannya, mata-mata Sekutu akhirnya meralat informasi sebelumnya dan mengabarkan bahwa jumlah tentara Jepang di Biak diperkirakan mencapai 10.800 orang.
Tentara Sekutu, yang berkumpul di daerah Teluk Humboldt, diberangkatkan pada 25 Mei 1944. Mereka dilindungi oleh pasukan angkatan udara dan angkatan laut.
Setelah serangan udara dilakukan selama 45 menit, Angkatan Darat AS berhasil mendarat di Biak pada 27 Mei 1944.
Pasukan yang pertama datang adalah Resimen Infanteri ke-162, yang kemudian disusul oleh divisi lainnya, termasuk Resimen Infanteri 163 dan 186.
Baca juga: Pertempuran Teluk Milne: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir
Pada sore hari, sebanyak 12.000 tentara Sekutu sudah mendarat dengan 12 tank M4 Sherman, 29 meriam lapangan, 500 kendaraan dan 3.000 ton perbekalan.
Jepang sempat memberi serangan kecil terhadap pangkalan AS, tetapi bom yang dijatuhkan gagal meledak.
Sekutu lantas menembak balik Jepang, yang menghancurkan tiga pesawat dan satu rusak parah.
Setelah itu, Sekutu bergerak masuk ke pedalaman, dan masuk dalam perangkap Jepang. Mengetahui hal itu, pasukan yang terjebak segera dibebaskan dan diperintahkan untuk mundur.
Pada 5 Juni, Sekutu bergerak menuju Mokmer dan berhasil menguasainya secara penuh setelah meladeni perlawanan Jepang yang berlangsung sekitar satu minggu.
Di saat yang sama, bantuan pasukan Jepang dari berbagai wilayah di sekitarnya segera dikerahkan untuk memperkuat Biak.
Baca juga: Pertempuran Rabaul: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir
Namun, beberapa gelombang bantuan yang disusun Jepang terus dikacaukan oleh Sekutu, sehingga banyak yang tidak sampai di Biak.
Setelah menghadapi serangan bertubi-tubi dari Sekutu, pada 20 Juni 1944, Kolonel Kuzume menegaskan kepada anak buahnya bahwa upaya mempertahankan Biak akan menjadi pertempuran terakhir mereka.
Kolonel Kuzume kemudian melakukan hara-kiri (ritual bunuh diri Samurai di Jepang), menunjukkan kepada anak buahnya bahwa ia tidak takut mati.
Pada 22 Juni, AS telah berhasil menerobos pertahanan Jepang dan merebut sebagian besar wilayah Biak.
Kendati demikian, terdapat 3.000 sisa pasukan Jepang yang terus melancarkan perlawanan hingga Agustus.
Baca juga: Pertempuran Selat Badung: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak
Pertempuran Biak dimenangkan oleh pihak Sekutu, yang menewaskan 4.700 pasukan Jepang dan 200 lainnya ditangkap.
Selain itu, sekitar 3.000 tentara Jepang lainnya yang menolak untuk menyerah, banyak yang menghadapi kematian akibat penyakit dan kelaparan di bulan-bulan berikutnya.
Sementara di pihak Sekutu, ada 438 pasukan tewas dan 2.361 terluka.
Setelah memenangkan pertempuran, Sekutu membebaskan sekitar 600 pekerja paksa India dan Jawa dari tahanan Jepang.
Sekutu kemudian mengembangkan Biak menjadi basis logistik dan membangun beberapa lapangan terbang di daerah tersebut.
KOMPAS.com - Pertempuran Biak merupakan peperangan antara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) dan tentara Kekaisaran Jepang yang berlangsung di Biak, Papua.
Perang yang berlangsung sejak 27 Mei hingga 20 Juni 1944 ini adalah bagian dari kampanye Niugini semasa Perang Dunia II.
Perang Biak adalah bagian dari upaya pembersihan Jenderal Douglas MacArthur atas Papua dari kekuatan Jepang.
Pertempuran ini dimenangkan oleh Sekutu, yang kemudian menggunakan Pulau Biak untuk mendukung operasi di beberapa wilayah di Pasifik.
Baca juga: L Rumkorem, Pemimpin Perlawanan terhadap Jepang di Biak
Pulau Biak terletak di utara Provinsi Papua, berdekatan dengan Sarmi, di mana Jepang telah memusatkan basis pasokan dan lapangan terbangnya.
Pada 1944, lokasinya dinilai sangat cocok untuk pembangunan lapangan terbang. Sehingga, pihak Sekutu, yang mulai bergerak ke Filipina, berencana merebut pulau ini dari Jepang.
Sekutu memperkirakan ada sekitar 2.000 tentara Jepang yang ditugaskan menjaga Pulau Biak.
Padahal, saat itu, Pulau Biak dikuasai oleh 11.400 tentara Jepang di bawah komando Kolonel Kuzume Naoyuki.
Kolonel Kuzume, yang telah mengetahui kedatangan pasukan Sekutu, memakai strategi tipuan.
Ia akan membiarkan tentara Sekutu mendarat di Biak tanpa hambatan, supaya mereka jatuh ke perangkap yang telah disiapkan.
Baca juga: Pertempuran Morotai: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir
Perangkap yang dimaksud adalah gua-gua yang terletak di sebelah barat Mokmer dan di sebelah timur Bosnek.
Jepang menjadikan gua-gua tersebut sebagai kotak-kotak pertahanan yang dipenuhi dengan penembak, senjata otomatis, artileri, baterai mortir, dan satu kompi tank.
Dalam perkembangannya, mata-mata Sekutu akhirnya meralat informasi sebelumnya dan mengabarkan bahwa jumlah tentara Jepang di Biak diperkirakan mencapai 10.800 orang.
Tentara Sekutu, yang berkumpul di daerah Teluk Humboldt, diberangkatkan pada 25 Mei 1944. Mereka dilindungi oleh pasukan angkatan udara dan angkatan laut.
Suara.com - Episode terpenting dalam sejarah perjalanan Indonesia terjadi ketika Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan pada Jumat 17 Agustus 1945 silam.
Momen proklamasi kemerdekaan yang menjadi tonggak penting bagi nasib bangsa Indonesia di kemudian hari itu, faktanya bukan peristiwa yang berdiri sendiri.
Tercatat ada sejumlah peristiwa penting yang mewarnai detik-detik perjalanan hingga akhirnya proklamasi kemerdekaan berhasil dikumandangkan oleh Soekarno bersama Hatta di rumah Pegangsaan Timur 56.
Kronologi peristiwa pembacaan proklamasi kemerdekaan itu dimulai ketika pada 7 September 1944, Perdana Menteri Koiso mengumumkan wilayah Hindia Timur atau Indonesia kala itu, diperkenankan untuk merdeka di kemudian hari.
Baca Juga: Indra Sjafri Singgung Isu Benturan dengan Nova Arianto soal Calon Pengganti Shin Tae-yong: Ini Jebakan Batman
Keputusan Koiso itu mengingat kondisi angkatan perang Jepang yang makin terdesak oleh Amerika terutama setelah jatuhnya Kepulauan Saipan di tangan pasukan tentara Paman Sam.
Pada 1 Maret 1945, Letjen Kuma Kici Harada kemudian mengumumkan pembentukan Douritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Panitia Kemerdekaan sebagai langkah konkret dari janji Perdana Menteri Koiso. Terpilihlah kemudian dr Radjiman Wediodiningrat sebagai Kaico.
Pada 7 Agustus 1945 dimana atas persetujuan Komando Tertinggi Jepang Jenderal Terauchi di Saigon dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI. Soekarno dan Hatta didapuk sebagai ketua dan wakil ketua.
PPKI kemudian mulai bekerja pada 9 Agustus 1945 dimana tugasnya menyelesaikan hal yang berkait dengan kemerdekaan terutama mengenai UUD yang rancangannya telah ada dan diserahkan ke PPKI untuk diterima dan disahkan.
Baca Juga: Ngeri! Klub Berlabel Internasional Kasih Selamat ke Timnas Indonesia Juara Piala AFF U-19 2024
PPKI awalnya hanya beranggota 21 orang, tetapi atas usul Soekarno ditambah dan menjadi 27 orang termasuk ketua dan wakilnya.
Rencananya PPKI dilantik pada 18 Agustus 1945 dan kemerdekaan Indonesia akan disahkan pemerintah Jepang pada 24 Agustus 1945.
Tapi kondisi geopolitik kala itu di kawasan pasifik terutama setelah momen Hiroshima dan Nagasaki dibom atom Amerika membuat Jepang dalam kondisi krisis. Mereka kemudian menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 15 Agustus 1945.
Dikutip dari Rini Yuniarti, BPUPKI, PPKI, Proklamasi Kemerdekaan RI terbitan 2003, menyerahnya Jepang atas sekutu itu kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok pemuda gerakan bawah tanah yang menolak menunggu "hadiah" kemerdekaan dari Jepang.
Mereka kemudian menghubungi sejumlah tokoh muda revolusioner diantaranya adalah Sukarni, Wikana serta Chairul Saleh. Para pemuda gerakan bawah tanah ini menginginkan agar kemerdekaan harus segera diproklamasikan mengingat kondisi Jepang yang kala itu telah melemah pengaruhnya.
Lebih jauh, ketika situasi di Indonesia khususnya di Jakarta yang makin menegang, kelompok pemuda menuntut Soekarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan yang terlepas dari pengaruh Jepang.
Namun, tuntutan itu disikapi berbeda terutama oleh golongan tua yang tergabung dalam BPUPKI-PPKI yang dimotori Soekarno dan Hatta.
Dalam situasi yang genting itu, sejumlah kelompok pemuda yang dipimpin Chairul Saleh kemudian menggelar rapat di Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur pada 15 Agustus 1945 pukul 20.30.
Dikutip dari dari Mohammad Hatta, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 terbitan 1970, dalam rapat itu, mereka sepakat kemerdekaan adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak bisa digantungkan pada orang lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Soekarno dan Hatta agar mereka diikutsertakan menyatakan proklamasi.
Hasil rapat itu kemudian diserahkan kepada Soekarno serta Hatta. Tapi lagi-lagi sosok dwi tunggal tersebut menolak tegas keinginan dari kelompok pemuda.
Kemudian pada pukul 00.30 atau menjelang 16 Agustus 1945, para kelompok pemuda kembali menggelar rapat sebagai respon atas tutuntan mereka yang ditolak Soekarno dan Hatta.
Dalam rapat itu tercatat dihadiri Jusuf Kunto, dr Muwardi dari Barisan Pelopor, Shodanco Singgih dari Daidan Peta JakartaSyu serta Sukarni.
Dikutip dari Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI terbitan 1992, mereka kemudian sepakat untuk menyingkirkan Soekarno dan Hatta ke luar kota dengan tujuan menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang.
Soekarno dan Hatta kemudian "diculik" dan dibawa ke Rengasdengklok pukul 04.30 waktu Jawa zaman Jepang atau sekira 04.00.
Tak berapa lama, Soekarno dan Hatta dijemput untuk kembali ke kediaman masing-masing di Jakarta.
Setelah melalui berbagai perdebatan dan pertimbangan, diputuskan kemudian kemerdekaan Indonesia harus ditentukan sendiri tanpa bergantung Jepang.
Bertempat di kediaman Laksamana Maeda yang merupakan Kepala Kantor Perhubungan Angkatan laut Jepang dirumuskanlah naskah proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Detik-detik Proklamasi
Menjelang subuh 17 Agustus 1945, Soekarno, Hatta serta Ahmad Subardjo menemui para tokoh pemuda dan tua yang sudah menunggu di serambi muka kediamana Laksamana Maeda.
Soekarno pun meminta mereka untuk menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Saran itu diperkuat oleh Hatta.
Tetapi Sukarni mengusulkan agar yang bertandatangan di naskah proklamasi cukup Soekarno dan hatta saja atas nama bangsa Indonesia. Usulan itu kemudian disetujui.
Soekarno kemudian meminta Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi sesuai yang sudah ditulis tangan oleh Soekarno disertai perubahan yang telah disepakati.
Pada 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 bertempat di depan rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, dibacakanlah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya yakni 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang kali pertama. Di dalam sidang itu berhasil ditetapkan Undang-undang Dasar atau UUD hasil rancangan Panitia Kecil di dalam Panitia Hukum Dasar yang diketuai Soepomo sebagai UUD bagi negara Indonesia.
KOMPAS.com - Polisi menangkap seorang Youtuber berinsial IL atau akrab dikenal "Emak Gila", di Kota Bandung, Jawa Barat, karena mempromosikan judi online.
Wakil Direktur Ditreskrimsus Polda Jabar AKBP Anggoro Wicaksono mengatakan, IL ditangkap berdasarkan laporan dari masyarakat pada 31 Juli 2023 terkait dugaan aktivitas promosi judi online di media sosial.
Baca juga: Polisi Kembali Tangkap Youtuber di Bandung karena Promosikan Judi Online
Polisi kemudian melakukan penyelidikan dan menemukan dua akun medsos, yaitu Emak002 dan Kehidupan Emak mempromosikan praktik judi online tersebut.
Baca juga: YouTuber Asal Spanyol Bunuh dan Mutilasi Temannya di Thailand, Apa Penyebabnya?
Penyidik kemudian menangkap pemilik akun berinisial IL di Jalan Sukasari, Kota Bandung, pada 31 Juli.
"Bahwa yang bersangkutan mempromosikan judi online sejak Januari hingga Juli. Keuntungan secara bertahap dari Rp 15 juta, Rp 50 juta. Total keuntungan Rp 395 juta," katanya.
Anggoro mengatakan, IL berkomunikasi dengan pihak tertentu untuk mempromosikan enam situs judi online.
Dari hasil promosi itu, IL membeli laptop, ponsel, dan sepeda motor gede.
Pelaku dijerat Pasal 45 ayat 2 Jo Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, dengan ancaman hukuman enam tahun penjara. (Penulis Agie Permadi | Editor Teuku Muhammad Valdy Arief)
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Firman Rachmanudin
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kasus dugaan perselingkuhan oleh wanita idaman lain yang menyeret nama MAH seorang anggota DPRD Surabaya dari Fraksi PKB terus bergulir.
Kapolsek Dukuh Pakis, Kompol Agung Widoyoko, membenarkan adanya aduan perempuan berinisial MR itu ke pihaknya.
"Awalnya hendak membuat laporan, lalu kami terima dan sementara kami terima sebagai aduan," kata Agung, Jumat (10/6/2022).
Arahan mantan kasat Tahti Polrestabes Surabaya itu bukan tanpa sebab.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Surabaya Merangkak Lagi, Polisi Gencarkan Vaksin Booster Jelang HUT Bhayangkara
Menurutnya, saat pelapor mendatangi Mapolsek Dukuh Pakis bersama orang tuanya, menyebut jika tidak ada saksi yang melihat peristiwa penganiayaan tersebut.
"Jadi di lokasi, hanya ada pelapor dengan si perempuan yang dilaporkan. Kemudian saat itu secara kasat mata memang ada bekas seperti cakaran kuku di leher, tapi itu sangat minim sekali," imbuhnya.
Meski begitu, polisi tetap melayani MR (24) untuk dapat dilakukan visum guna menguatkan dugaan penganiayaan padanya.
"Hasil visum belum terbit. Nanti akan kami arahkan mediasi karena juga permintaan dari keluarga pelapor," bebernya.
Disinggung terkait motif yang melatarbelakangi penganiayaan itu, Agung masih belum bisa memastikan.
"Kami masih tahap lidik. Sebatas menginterogasi saja. Itu pun terkait dengan dugaan tindak pidana penganiayaan antara pelapor dengan peremouan yang tahu wajahnya tapi tidak tahu identitasnya. Itu yang kami dalami. Selebihnya, tidak bisa kami berasumsi," tandasnya.
Sebelumnya,dikabarkan MR mendatangi apartemen di Surabaya Barat yang diduga salah satu kamarnya dihuni oleh MAH, seorang anggota DPRD Kota Surabaya dari fraksi PKB.
MR mengaku, ia sebagai istri siri dari MAH yang merasa ditelantarkan tanpa kabar selama beberapa pekan.
Ia akhirnya menggerebek kamar apartemen MAH dan menemukan seorang perempuan yang juga diduga merupakan wanita idaman lain dari oknum anggota DPRD Kota Surabaya tersebut.
Keduanya saling cekcok dan berujung pada pertengkaran fisik.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
%PDF-1.3 %âãÏÓ 1 0 obj <>endobj 2 0 obj <>endobj 3 0 obj <>endobj 4 0 obj <>>>/Contents[319 0 R 320 0 R 321 0 R]/MediaBox[0 0.02 438.25 592.32]>>endobj 5 0 obj <>>>/Contents[323 0 R 324 0 R 325 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 6 0 obj <>>>/Contents[327 0 R 328 0 R 329 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 7 0 obj <>>>/Contents[331 0 R 332 0 R 333 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 8 0 obj <>>>/Annots[334 0 R 335 0 R 336 0 R 337 0 R 338 0 R 339 0 R 340 0 R 341 0 R]/Contents[343 0 R 344 0 R 345 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 9 0 obj <>>>/Contents[347 0 R 348 0 R 349 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 10 0 obj <>>>/Contents[351 0 R 352 0 R 353 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 11 0 obj <>>>/Contents[355 0 R 356 0 R 357 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 12 0 obj <>>>/Contents[359 0 R 360 0 R 361 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 13 0 obj <>>>/Contents[363 0 R 364 0 R 365 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 14 0 obj <>>>/Contents[367 0 R 368 0 R 369 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 15 0 obj <>>>/Contents[371 0 R 372 0 R 373 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 16 0 obj <>>>/Contents[375 0 R 376 0 R 377 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 17 0 obj <>>>/Contents[379 0 R 380 0 R 381 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 18 0 obj <>>>/Contents[383 0 R 384 0 R 385 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 19 0 obj <>>>/Contents[387 0 R 388 0 R 389 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 20 0 obj <>>>/Contents[391 0 R 392 0 R 393 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 21 0 obj <>>>/Contents[395 0 R 396 0 R 397 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 22 0 obj <>>>/Contents[399 0 R 400 0 R 401 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 23 0 obj <>>>/Contents[403 0 R 404 0 R 405 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 24 0 obj <>>>/Contents[407 0 R 408 0 R 409 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 25 0 obj <>>>/Contents[411 0 R 412 0 R 413 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 26 0 obj <>>>/Contents[415 0 R 416 0 R 417 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 27 0 obj <>>>/Contents[419 0 R 420 0 R 421 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 28 0 obj <>>>/Contents[423 0 R 424 0 R 425 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 29 0 obj <>>>/Contents[427 0 R 428 0 R 429 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 30 0 obj <>>>/Contents[431 0 R 432 0 R 433 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 31 0 obj <>>>/Contents[435 0 R 436 0 R 437 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 32 0 obj <>>>/Contents[439 0 R 440 0 R 441 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 33 0 obj <>>>/Contents[443 0 R 444 0 R 445 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 34 0 obj <>>>/Contents[447 0 R 448 0 R 449 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 35 0 obj <>>>/Contents[451 0 R 452 0 R 453 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 36 0 obj <>>>/Contents[455 0 R 456 0 R 457 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 37 0 obj <>>>/Contents[459 0 R 460 0 R 461 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 38 0 obj <>>>/Contents[463 0 R 464 0 R 465 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 39 0 obj <>>>/Contents[467 0 R 468 0 R 469 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 40 0 obj <>>>/Contents[471 0 R 472 0 R 473 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 41 0 obj <>>>/Contents[475 0 R 476 0 R 477 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 42 0 obj <>>>/Contents[479 0 R 480 0 R 481 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 43 0 obj <>>>/Contents[483 0 R 484 0 R 485 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 44 0 obj <>>>/Contents[487 0 R 488 0 R 489 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 45 0 obj <>>>/Contents[491 0 R 492 0 R 493 0 R] /MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 46 0 obj <>>>/Contents[495 0 R 496 0 R 497 0 R]/MediaBox[0 0 380.9 572.4]>>endobj 47 0 obj <>>>/Contents[499 0 R 500 0 R 501 0 R] /MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 48 0 obj <>>>/Contents[503 0 R 504 0 R 505 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 49 0 obj <>>>/Contents[507 0 R 508 0 R 509 0 R] /MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 50 0 obj <>>>/Contents[511 0 R 512 0 R 513 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 51 0 obj <>>>/Contents[515 0 R 516 0 R 517 0 R] /MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 52 0 obj <>>>/Annots[518 0 R 519 0 R 520 0 R 521 0 R 522 0 R 523 0 R 524 0 R 525 0 R 526 0 R 527 0 R 528 0 R] /Contents[530 0 R 531 0 R 532 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 53 0 obj <>>>/Contents[534 0 R 535 0 R 536 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 54 0 obj <>>>/Contents[538 0 R 539 0 R 540 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 55 0 obj <>>>/Contents[542 0 R 543 0 R 544 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 56 0 obj <>>>/Contents[546 0 R 547 0 R 548 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 57 0 obj <>>>/Contents[550 0 R 551 0 R 552 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 58 0 obj <>>>/Contents[554 0 R 555 0 R 556 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 59 0 obj <>>>/Contents[558 0 R 559 0 R 560 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 60 0 obj <>>>/Contents[562 0 R 563 0 R 564 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 61 0 obj <>>>/Contents[566 0 R 567 0 R 568 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 62 0 obj <>>>/Contents[570 0 R 571 0 R 572 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 63 0 obj <>>>/Contents[574 0 R 575 0 R 576 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 64 0 obj <>>>/Contents[578 0 R 579 0 R 580 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 65 0 obj <>>>/Contents[582 0 R 583 0 R 584 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 66 0 obj <>>>/Contents[586 0 R 587 0 R 588 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 67 0 obj <>>>/Contents[590 0 R 591 0 R 592 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 68 0 obj <>>>/Contents[594 0 R 595 0 R 596 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 69 0 obj <>>>/Contents[598 0 R 599 0 R 600 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 70 0 obj <>>>/Contents[602 0 R 603 0 R 604 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 71 0 obj <>>>/Contents[606 0 R 607 0 R 608 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 72 0 obj <>>>/Contents[610 0 R 611 0 R 612 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 73 0 obj <>>>/Contents[614 0 R 615 0 R 616 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 74 0 obj <>>>/Contents[618 0 R 619 0 R 620 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 75 0 obj <>>>/Contents[622 0 R 623 0 R 624 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 76 0 obj <>>>/Contents[626 0 R 627 0 R 628 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 77 0 obj <>>>/Contents[630 0 R 631 0 R 632 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 78 0 obj <>>>/Contents[634 0 R 635 0 R 636 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 79 0 obj <>>>/Contents[638 0 R 639 0 R 640 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 80 0 obj <>>>/Contents[642 0 R 643 0 R 644 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 81 0 obj <>>>/Contents[646 0 R 647 0 R 648 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 82 0 obj <>>>/Contents[650 0 R 651 0 R 652 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 83 0 obj <>>>/Contents[654 0 R 655 0 R 656 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 84 0 obj <>>>/Contents[658 0 R 659 0 R 660 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 85 0 obj <>>>/Contents[662 0 R 663 0 R 664 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 86 0 obj <>>>/Contents[666 0 R 667 0 R 668 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 87 0 obj <>>>/Contents[670 0 R 671 0 R 672 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 88 0 obj <>>>/Contents[674 0 R 675 0 R 676 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 89 0 obj <>>>/Contents[678 0 R 679 0 R 680 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 90 0 obj <>>>/Contents[682 0 R 683 0 R 684 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 91 0 obj <>>>/Contents[686 0 R 687 0 R 688 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 92 0 obj <>>>/Contents[690 0 R 691 0 R 692 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 93 0 obj <>>>/Contents[694 0 R 695 0 R 696 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 94 0 obj <>>>/Contents[698 0 R 699 0 R 700 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 95 0 obj <>>>/Contents[702 0 R 703 0 R 704 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 96 0 obj <>>>/Contents[706 0 R 707 0 R 708 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 97 0 obj <>>>/Contents[710 0 R 711 0 R 712 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4] >>endobj 98 0 obj <>>>/Annots[713 0 R 714 0 R 715 0 R 716 0 R 717 0 R 718 0 R 719 0 R 720 0 R 721 0 R 722 0 R 723 0 R 724 0 R 725 0 R 726 0 R 727 0 R]/Contents[729 0 R 730 0 R 731 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 99 0 obj <>>>/Contents[733 0 R 734 0 R 735 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 100 0 obj <>>>/Contents[737 0 R 738 0 R 739 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 101 0 obj <>>>/Contents[741 0 R 742 0 R 743 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 102 0 obj <>>>/Contents[745 0 R 746 0 R 747 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 103 0 obj <>>>/Contents[749 0 R 750 0 R 751 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 104 0 obj <>>>/Contents[753 0 R 754 0 R 755 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 105 0 obj <>>>/Contents[757 0 R 758 0 R 759 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 106 0 obj <>>>/Contents[761 0 R 762 0 R 763 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 107 0 obj <>>>/Contents[765 0 R 766 0 R 767 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 108 0 obj <>>>/Contents[769 0 R 770 0 R 771 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 109 0 obj <>>>/Contents[773 0 R 774 0 R 775 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 110 0 obj <>>>/Contents[777 0 R 778 0 R 779 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 111 0 obj <>>>/Contents[781 0 R 782 0 R 783 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 112 0 obj <>>>/Contents[785 0 R 786 0 R 787 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 113 0 obj <>>>/Contents[789 0 R 790 0 R 791 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 114 0 obj <>>>/Contents[793 0 R 794 0 R 795 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 115 0 obj <>>>/Contents[797 0 R 798 0 R 799 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 116 0 obj <>>>/Contents[801 0 R 802 0 R 803 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 117 0 obj <>>>/Contents[805 0 R 806 0 R 807 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 118 0 obj <>>>/Contents[809 0 R 810 0 R 811 0 R]/MediaBox[0 0 384.5 572.4]>>endobj 119 0 obj <>>>/Contents[813 0 R 814 0 R 815 0 R]/MediaBox [0 0 384.5 572.4]>>endobj 120 0 obj <>>>/Contents[817 0 R 818 0 R 819 0 R]/Me
KOMPAS.com - Medusa adalah salah satu makhluk dalam mitologi Yunani yang terkena kutukan.
Sebab, Medusa dikutuk menjadi perempuan berambut ular dan tatapannya mampu membuat siapa saja berubah menjadi batu.
Di samping kutukannya, Medusa juga dikenal dengan kisah kematiannya yang tragis.
Medusa dibunuh oleh Perseus, seorang pahlawan setengah dewa dalam mitologi Yunani.
Lalu, bagaimana kronologi Perseus membunuh Medusa?
Baca juga: Siapa yang Membunuh Medusa?